Kenikmatan terindah bersama tanteku
![](http://2.bp.blogspot.com/-n8tOUJCvdpU/VeqB5AB-mKI/AAAAAAAAArY/2okuziWS1e8/s1600/004%2B%2528Copy%2529.jpg)
Entah kenapa, semakin aku sering melakukan Making Love dengan seseorang,
membuat kehidupan sex aku bersama istriku semakin romantis saja. Dan
entah semua itu semakin bisa aku nikmati. Mungkin semua ini adalah
dampak dari terlalu tingginya libidoku sehingga saat aku lagi mood,
tidak jarang setelah siangnya atau sorenya aku melakukan dengan teman
kencanku, malamnya aku ganti menservice istriku.
Aku selalu bersyukur mempunyai kelebihan dalam urusan bercinta. Ditambah
pengetahuan sex aku yang aku dapatkan dari film BF, buku-buku sampai
obrolan-obrolan dengan teman di kantor, membuat aku semakin bisa
menyelami tentang apa itu sex. Sehingga aku benar-benar fasih dalam
menerjemah apa yang aku dapat dari pengetahuan tentang sex. Itu terbukti
dengan keluarnya banyak pujian dari para teman making love aku.
Rata-rata mereka sangat puas saat bercinta denganku, dan mereka
menemukan, merasakan dan menikmati sesuatu yang sebelumnya belum pernah
mereka rasakan dalam masalah sex.
*****
Cerita ini berawal dari perkenalanku dengan seorang ibu rumah tangga,
yang entah bagaimana ceitanya ibu rumah tangga tersebut mengetahui nomor
cellulerku.
Siang itu saat aku sedang menikmati masa istirahatku di kantin,
tiba-tiba cellulerku berbunyi.
"Hallo, selamat siang Dandy" suara perempuan yang manja terdengar.
"Hallo juga, siapa ya ini?" tanyaku serius.
"Namaku Maya" kata perempuan tersebut mengenalkan diri.
"Maaf, Mbak Maya tahu nomor HP saya darimana?" tanyaku menyelidik.
"Oya, aku temannya Via dan dari dia aku dapat nomor kamu" jelasnya.
"Ooo, Mbak Via" kataku datar.
Aku mengingat kembali kisahku sebelumnya yang berjudul Kisah bersama Ibu
Muda. Via seorang sekretaris yang juga ikut 'mewarnai' kehidupan sex
aku.
"Gimana khabar Mbak Via?" tanyaku.
"Baik, dia titip salam kangen sama kamu" jelas Maya.
Sekitar 5 menit, kami berdua mengobrol layaknya orang yang sudah kenal
lama. Suara Maya yang lembut dan manja, membuat aku menerka-nerka
bagaimana bentuk fisik dari wanita tersbut. Saat aku membayangkan bentuk
fisiknya, Maya membuyarkan lamunanku.
"Hallo.. Dandy, kamu masih disitu?" tanya Maya.
"Iya.. iya Mbak.." kataku gugup.
"Hayo mikir siapa, lagi mikirin Via ya?" tanyanya menggodaku.
"Nggak kok, malahan mikirin Mbak Maya tuh" celetukku.
"Masa sih.. Jadi GR nih" dengan suara yang menggoda.
"Dandy, boleh kan kalau aku mau ketemu kamu?" tanya Maya.
"Boleh aja Mbak.. Dengan senang hati" jawabku semangat.
"Oke deh, kita mau ketemuan dimana?" tanyanya semangat.
"Terserah Mbak deh, Dandy ngikut aja" jawabku pasrah.
"Oke deh, nanti sore aku tunggu kamu di excelso di Tunjungan Plasa"
katanya.
"Oke, sampai nanti Dandy.. Aku tunggu jan 18.00" sambil berkata
demikian, HP nya langsung off.
Waktu menunjukkan pukul 16.30, tiba saatnya aku pulang kantor dan segera
meluncur ke Tunjungan Plaza. Sebelumnya aku prepare di kantor, aku
mandi dan membersihkan diri setelah seharian aku bekerja. Untuk
perlengkapan mandi, memang setiap hari aku membawa karena memang aku
sering olahraga setelah jam kantor.
Tiba di TP, aku segera memarkir mobil starletku yang butut di lantai 3.
Jam ditanganku menunjukkan pukul 18 kurang seperempat. Aku segera menuju
ke excellso seperti yang dikatakan Maya.
Aku segera mengambil tempat duduk disisi pagar kaca, sehingga aku bisa
melihat orang hilir mudik di area pertokoan terbesar di Surabaya ini.
Saat mataku melihat situasi di sekelilingku, bola mataku berhenti pada
seorang wanita setengah baya yang duduk sendirian. Menurut tebakan aku,
wanita ini berumur sekitar 35 tahun ke atas. Wajahnya yang lumayan
putih, membuat aku tertegun. Mataku yang mulai nakal, berusaha
menjelajahi pemandangan yang sangat menggiurkan di depanku. Kakinya yang
jenjang, ditambah dengan belahan pahanya yang putih di balik rok
mininya, membuat semakin aku gemas. Dalam hatiku, wah betapa bahagianya
aku jika orang tersebut adalah Maya yang menghubungi aku siang tadi.
Disaat aku membayangkan sosok di depan mataku, tiba-tiba wanita itu
berdiri dan menghampiri tempat dudukku. Dadaku berdegup kencang ketika
dia benar-benar mengambil tempat duduk semeja dengan aku.
"Maaf, kamu Dandy ya?" tanyanya sambil menatapku.
"Iy.. iyaa.. Kamu Maya?" tanyaku balik sambil berdiri.
Jarinya yang lentik menyentuh tanganku untuk bersalaman dan darahku
terasa mendesir ketika tangannya yang halus meremas tanganku dengan
halus.
"Silahkan duduk May" kataku sambil menarik satu bangku di depanku.
"Terima kasih" kata Maya sambil tersenyum.
"Dari tadi anda duduk disitu kok tidak langsung kesini?" tanyaku.
"Aku tadi sempat ragu, apakah kamu memang Dandy" jelasnya.
"Aku tadi juga berpikir, apakah wanita yang cakep ini kamu?" kataku
sambil senyum.
Kami bercerita panjang lebar tentang apapun yang bisa diceritakan,
kadang-kadang kami berdua saling canda, saling menggoda dan sesekali
bicara yang 'nyerempet' ke arah sex. Lesung pipinya yang dalam, menambah
sempurna saja wajahnya yang semakin matan.
Dari pembicaraan tersebut, terungkaplah kalau Maya adalah seorang wanita
yang sedang tugas di Surabaya. Maya adalah seorang pengusaha dan
kebetulan selama 3 hari dinas di Surabaya.
"May, kamu kenal Via dimana?" tanyaku mnyelidik.
"Via adalah teman chattingku di YM, aku dan via sering online bersama.
Dan kami terbuka satu sama lain dalam hal apapun. Begitu juga untuk
kisah rumah tangga, bahkan masalah sex sekalipun." mulut mungil Maya
menjelaskan dengan penuh semangat.
"OOo, begitu.." kataku sambil manggut-manggut.
"Ini adalah hari pertamaku di Surabaya dan aku berencana menginap 3
hari, sampai urusan kantorku selesai" jelasnya tanpa aku tanya.
"Sebenarny tadi Via juga mau dateng tetapi karena ada acara keluarga,
mungkin besok baru bisa dateng" jelasnya kembali.
"Memang Mbak Maya nginap dimana?" tanyaku.
"Kebetulan sama perwakilan kantor disini, di bookingin di Hotel E.."
jelasnya.
"Mmm, emang Mbak sama sapa sih?" tanyaku menyelidik.
"Ya sendirilah, Dandy.. Makanya saat itu aku tanya Via" kata Maya.
"Tanya apa?" tanyaku mengejar.
"Apakah punya teman yang bisa temanin aku selama di Surabaya" kata Maya.
"Dan dari situlah aku tahu nomor celluler kamu" lanjutnya.
Tanpa terasa jam tanganku menunjukkan pukul 21.15 wib, dan aku liat
sekelilingku pertokoan mulai sepi karena memang sudah mau tutup.
"Dan.. Kamu mau anter aku balik ke hotel?" tanya Maya.
"Boleh, masa iya aku tega biarin Mbak Maya sendirian balik ke hotel"
kataku.
Setelah obrolan singkat, kami segera menuju parkiran mobil dan segera
meluncur ke Hotel E.. Yang tidak jauh dari pusat pertokoan Tunjungan
Plasa.
Aku dan Maya bergegas menuju lift untuk naik ke lantai 3, dan
sesampainya di kamar nomor 306, Maya menawarkan aku untuk masuk sejenak.
Bau parfum yang menggugah syaraf kelaki-lakianku serasa berontak ketika
aku berjalan di belakangnya.
"Silahkan duduk Dan, aku mau mandi dulu" kata Maya sambil melempar tas
kecilnya, diatas ranjang.
Mataku menyelidik, apakah benar Maya sendirian dalam kamar. Dan memang
benar kelihatannya dia sendirian. Aku lihat kopor kecilnya yang masih
rapi, nampak hanya beberapa helai gaun yang berada di atas ranjang. Saat
mataku masih asyik menjelajahi ruangan kamar Maya, tiba-tiba sesosok
tubuh yang jenjang dengan hanya mengenakan sehelai handuk yang menutupi
tubuhnya yang molek.
"Dandy, aku minta tolong nih buangan airnya di bathup nggak bisa
dibuang" kata Maya sambil tetap berdiri di muka pintu kamar mandi.
Aku segera bangkit dari dudukku dan berjalan menuju kamar mandi. Ketika
aku melewati tubuh Maya, mataku yang nakal sedikit mencuri pandang di
belahan dada Maya yang terkesan menyembul keluar karena terhimpit
ketatnya handuk yang menutupi tubuhnya. Aroma sabun lux kuning merasuk
menusuk hidungku, aku segera menuju bathup yang dimaksud oleh Maya.
Aku menggunakan tangkai sendok untuk mencungkil karet penutup bathup
yang memang rapat sekali. Aku berusaha membuka secepatnya karena pikiran
kotor mulai menjejali otakku. Dan akhirnya"sswaasshh.." suara air
langsung keluar ketika karet penutupnya sudah terlepas.
"Oke May.. Sudah terbuka nih, silahkan lanjutin mandinya" kataku sambil
masih membelakangi tubuh Maya yang sedang berdiri di belakangku. Ketika
aku membalikkan badanku, betapa kagetnya aku dengan pemandangan di depan
mataku. Tubuh Maya tidak dibalut lagi oleh handuk putih yang melekat di
tubuhnya tadi.
"Ma-Maaff.. Aku mau keluar May" kataku gugup.
Maya tidak menjawab dan bahkan tidak memberiku jalan. Wanita itu
langsung berhamburan memeluk tubuhku, dan merangkul leherku dengan erat.
"Dan, Via sudah ceritakan kehebatan permainan sex kamu" aroma bau
mulutnya yang segar, membuat jantungku semakin berdetak kencang.
"Mmm, anu Mbak.. Mungkin Via terlalu berlebihan" kataku.
"Berikan aku kenikmatan itu Dan.." sambil berkata demikian, bibir mungil
Maya langsung mendarat di bibirku. Lidahnya yang liar serasa menggeliat
mencari lidahku.
Lidahku yang sudah mulai terpancing birahi, langsung menyambut keliaran
lidah Maya. Tanganku yang tadi hanya berdiam diri, sekarang aku
beranikan memeluk tubuhnya yang sexy bagaikan Britney Spears. Aku
merasakan dadanya yang montok mendesak dadaku yang bidang. Sesekali
tanganku mulai semakin berani menjelajahi pinggul Maya, pantatnya yang
masih terlihat kencang walaupun sudah menginjak 35 tahun. Aku meremas
pantatnya berkali-kali sehingga hal itu membuat nafsu Maya semakin naik.
Bibirku yang sudah mulai murka dan terbawa birahiku yang mulai merangkak
ke kepalaku. Lehernya yang jenjang menjadi sasaran empuk bibirku yang
mulai menari-nari di atasnya.
"Ooohh.. Dandy.. Geelli.." desah Maya.
Serangan bibirku semakin menjadi di leher Maya, sehingga dia hanya bisa
merem melek mengikuti jilatan lidahku.
Setelah aku puas dilehernya, aku mulai menurunkan tubuhkan sehingga
bibirku sekarang berhadapan dengan 2 buat bukit kembarnya yang masih
ketat dan kencang. Aku semakin terbawa dalam aliran birahi yang
meledak-ledak, bibir Maya yang mulai terasuki nafsu birahinya sendiri
mulai ganas melahap bibriku.
Jari jemarinya yang lentik, sepertinya terlatih untuk membuka semua
kancing yang menempel di hem yang aku kenakan.
Disaat aku mulai telanjang dada, bibirnya mulai menjalar ke arah leherku
dan sesaat kemudian bibirnya sudah mendarat pada dadaku. Jilatan
lidahnya yang semakin liar, sepertinya tidak ingin menyisakan sedikitpun
dada bidangku.
Darahku mendesir hebat hingga membuat aku terangsang hebat, ketika
lidahnya menari di puntingku. Daerah yang paling sensitif di tubuhku,
yang bisa menggugah nafsu birahiku secara sepontan.
"Ohh.. May.. Aaakh" aku merintih sambil menekan tengkuknya ke dada
bidangku.
Maya benar-benar sudah di kuasai oleh birahi yang tinggi, dan tanpa aku
sadari ketika aku sudah merasakan kaki sudah dingin. Ternyata Maya sudah
melepas jeans yang aku pakai sebelumnya, sehingga sekarang aku hanya
menganakan celana dalam saja.
Lidahnya semakin lama semakin ke bawah dan sampailah lidahnya memainkan
pusarku. Tangannya meremas kedua pantatku sehingga aku benar-benar
terangsang hebat.
Dengan gaya yang sudah fasih, giginya berusaha menarik celana dalamku
dari depan. Kedua tanganya dengan mudah menarik CD ku dari belakang.
"Gila.. Pantes Via puas, habis penismu gede seperti ini" kata Maya
memuji.
Adik kecilku yang tadi sudah ingin melepaskan diri dari belenggu CD yang
membatasinya akhirnya bisa lepas. Aku melihat kebawah dan melihat Maya
yang sedang tertegun dengan besarnya penisku. Penisku berdiri tegak
sekali dan sesaat kemudian.
"Mmm.. Srup.. Srupp" mulut Maya yang mungil mulai mengulum batang
penisku.
"Aakhh.. May.. Nikmmaat.. Sekkalii" rintihku.
Tanganku menekan dalam-dalam kepala belakang Maya, utnuk memudahkan
bergerak maju mundur dan ketika penisku benar-benar terlean dalam mulut
Maya, kenikmatan yang luar biasa aku rasakan ketika ujung penisku
menthok pada dasar mulut Maya.
"Sss.. Maayy.. Uhh" aku mendesah kenikamatan.
Maya tidak mempedulikan desahan, rintihan dan eranganku, wanita itu
denagn buasnya mengulum, menjilat, mengocok dan mengoral batang
kemaluanku.
Sampai aku tidak kuat berdiri.
Setelah Maya puas dengan aksinya, Maya bangkit dari posisi pertama yang
sebelumnya jongkok di bawah selangkangan aku. Kesempatan ini tidak aku
sia-siakan untuk mendorong tubuhnya sehinga tubuh Maya terduduk di
kloset. Aku langsung jongkok dan membuka kedua pahanya yang putih.
Lubang vaginanya yang memerah dan disekelilingi rambut-rambut yang
begitu lebat. Aroma wangi dari lubang kewanitaannya, membuat tubuhku
berdesir hebat. Tanpa menunggu lama lagi, lidahku langsung aku julurkan
ke permukaan bibir vagina.
Tanganku bereaksi untuk menyibak rambut yang tubuh disekitar
selangkangannya untuk memudahkan aksiku menjilati vaginanya.
"Sss.. Dandyy.. Nikmaat sekali.. Ughh" rintih Maya.
Tubuhnya menggelinjang, sesekali diangkat menghindari jilatan lidahku di
ujung clitorisnya. Gerak tubuh Maya yang terkadang berputa-putar dan
naik turun, membuat lidahku semakin berani menghujam lebih dalam ke
lubang vaginanya.
"Daanndy.. Gilaa banget lidah kamu.." rintih Maya.
"Terus.. Sayang.. Jangan lepaskan.." pintanya.
Lidahku bergerak keluar masuk dalam lubang vaginanya, sesekali aku
memancing clitorisnya untuk segera keluar dari persembunyiiannya.
Paha Maya dibuka lebar sekali sehingga memudahkan lidahku untuk
menjilat, mengulum, dan sesekali menghisap dalam-dalam clitorisnya. Aku
perhatikan Maya merem melek menikmati nakalnya lidahku dan sesekali aku
perhatikanl, wanita tersebut mengigit bibir bawahnya seakan menahan rasa
nikmat yang bergejolak di hatinya.
"OOhh.. Dandy, aku nggak tahan.. Ugh.." rintihnya.
Semakin Maya merintih, mendesah dan mengerang, semakin membuat nafsuku
bergejolak. Sampai aku rasakan beberapa cairan yang terasa asin, dan aku
semakin bernafsu untuk menjilatinya.
"Danddy.. Danddyy.. Ooogghh.." Maya merintih panjang.
Dibarengi dengan tubuhnya yang kejang-kejang, dan terasa pahanya
menggapit kepalaku dengan kencang. Jari nya yang lentik meremas
rambutkuyang sedikti gondrong.
Maya terpejam sejenak menikmati lelehnya cairan yang meluber dari lubang
vaginanya, lidahku tiada henti menerima luapan cairan bening yang wangi
tersbut. Seakan-akan aku tidak peduli dengan orgasme yang didapat Maya
pertama kalinya. Dan ketika aku rasakan cairan tersebut sudah bersih,
aku membimbing tubuh Maya yang masih lemas. Aku mendekap tubuh Maya dari
belakang, kami berdua menghadap cermin.
"Ohh.. Dandy.." Maya mendesah ketika lidahku mulai menyentuh bagian
belakang telinganya. Tangannya menggapai leherku, dan tanganku sepontan
meraih buah dadanya dari belakang. Dengan sentuhan yang sangat halus,
pantatnya yang sintal bergerak memutar di gesekan batang kemaluanku yang
dari tadi masih tegang. Jari telunjuk kananku bergerak menggesek
clitoris Maya yang sduah mulai basah kemabli.
"Danddyy.." Maya kembali mendesah.
Peralahan aku mengangkat kaki kanan Maya dan aku sandarkan di wastafel
kamar mandi. Sehingga Maya hanya berdiri dengan satu kaki saja, batang
kemaluanku sudah mulai mencari lubang kewanitaan Maya dan sekali hentak.
"Bleesst.." kepala penisku mengoyak vagina Maya.
"Aowww.. Giillaa.. Besaar sekali Dan.. Punya kamu" Maya merintih.
Perlahan aku beregark maju mundur di lubang vagina Maya, sampai akhirnya
aku merasakan cairan yang cukup di lubang vagina Maya. Sekali tekan
"bless" seluruh batang kemaluanku masuk dalam lubang senggama Maya dan
bersama dengan itu, tubuh Maya sedikit terangkat.
"Hekk.. Danndyy.. Nikmatt sekalii.. Oooh" Maya merintih kembali.
Gerakan maju mundur pinggulku membuat tubuh Maya menggelinjang hebat dan
sesekali memutar pinggulnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar
biasa di batang kemaluanku.
"Danddy.. Jangan berhenti sayang.. Oogghh" pinta Maya.
Nampak jelas di cermin aku lihat wajahnya yang begitu menikmati tusukan
batang kemaluanku semakin menjadi. Aku merasakan sekali ujung penisku
bergerak masuk sampai di ujung kemaluan Maya.
Wanita tersebut menggoyang kepalanya kekanan dan kekiri seirama dengan
penisku yang menghujam dalam pada lubang kewanitaannya. Kedua tanganku
meremas kedua bukit kembar Maya dan sesekali membantu pinggul Maya utnuk
berputar-putar.
"Danddy.. Kamu.. Memang.. Jagoo.. Ooohh" tangan Maya bersandar di cermin
sedangkan kepalanya bergerak ke atas kebawah, kesmaping kiri kanan
seperti orang yang lagi triping.
Beberapa saat kemudian Maya seperti orang kesurupan dan ingin memcau
birahinya sekencang mungkin. Aku berusaha mempermainkan birahinya,
disaat Maya semakin liar. Tempo yang semula tinggi dengan spontan aku
kurangi sampai seperti gerakan lambat, sehingga centi demi centi batang
kemaluanku terasa sekali mengoyak dinding vagina Maya.
"Danddy.. Terus.. Sayangg.. Jangan berhenti.." Maya meminta.
Permainanku tersebut benar-benar memancing birahi Maya untuk mencapai
kepuasan birahinya. Sesaat kemudian, Maya benar-benar tidak bisa
mengontrol birahinya. Tubuhnya bergetar hebat.
"Danddyy.. Aakuu.. Kelluuarr.. Aaakkhkhh.. Goyang sayang" rintih Maya.
Gerakan penisku seperti goyangan anisa bahar yang patah-patah, membuat
birahi Maya semakin tak terkendali.
"Dann.. Ddy.. Aaammppunn" rintih Maya panjang.
Bersamaan dengan rintihan tersebut, aku menekan penisku dengan dalam
hingga mentok dilangit-langit vagina Maya. Aku merasakan semburan cairan
membasahi seluruh batang kemaluanku.
"Creek.. Crek.. Crek.." suara penisku masih bergerak keluar masuk di
lubang vagina Maya. Aku semakin tidak peduli dengan Maya yang sudah
mendapatkan kedua orgasmenya, karena aku sendiri lagi berusaha untuk
mencari kepuasan birahiku. Perlahan, aku turunkan kaki kanan Maya yang
pada posisi pertama aku naikkan ke atas wastafel.
Posisi Maya, sekarang sedikit menungging dengan posisi berdiri. Penisku
yang masih tertancap pada lubang vaginanya langsung aku hujamkan kembali
ke lubang vagina Maya.
"Ohh.. Dandyy.. kamu.. memang.. ahli.." kata Maya sambil merintih.
Kedua telapak tanganku mencengkeram pinggul Maya dan menekan tubuhnya
supaya penisku bisa lebih menusuk ke dalam lubang vaginanya.
"May.. vagina kamu memang asyik banget" pujiku.
"Kamu suka minum jamu ya kok masih seret?" tanyaku.
Maya hanya tersenyum dan kembali memejamkan matanya menikmati tusukan
penisku yang tiada hentinya. Batang kemaluanku terasa dipijat oleh
vagina Maya dan hal tersebut menimbulkan kenikmatan yang luar biasa.
Permainan sexku benar-benar bisa diterima Maya karena ternyata wanita
tersebut bisa mengimbangi permainan aku.
Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan kenikmatan yang mulai tadi sudah
mengoyak birahiku.
"May.. Aku mau.. Keluuar.." kataku mendesah.
"Aku juga sayang.. Oooh.. Nikmat terus.. Terus.." Maya merintih.
"Dandyy.. Keluarin didalam.. Aku ingin rasain semprotan kamu.." pinta
Maya.
"Iya May.. Ooogh.. Akakhh.." rintihku.
Gerakan maju mundur dibelakang tubuh Maya semakin kencang, semakin cepat
dan semakin liar. Kami berdua berusaha mencapai puncak bersama-sama.
"Danddy.. Aku.. Aku.. Nggaak kkuaat.. Aaakhh" rintih Maya.
"Aku juga May.. Oohh.. Maayy" aku merintih.
"crut.. Crut.. Crut.." spermaku muncrat membanjiri vagina Maya.
Karena begitu banyaknya spermaku yang keluar, beberapa tetes sampai
keluar dicelah vagina Maya. Setelah beberapa saat kemudian maya
membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan tubuhku.
"Dandy ternyata Via memang benar, kamu jago banget dalam urusan sex.
Kamu memang luar biasa" kata Maya merintih.
"Biasa aja kok Mbak, aku hanya melakukan sepenuh hatiku saja" kataku
merendah.
"Kamu luar biasa.." Maya tidak meneruskan kata-katanya karena bibirnya
yang mungil kembali menyerang bibirku yang masih termangu.
Tanpa terasa kami berdua sudah naik di dalam bathup, kami mandi bersama.
Guyuran air di pancuran shower membuat tubuh Maya yang molek seperti
bersinar diterpa cahaya lampu yang dipancarkan ke seluruh ruangan
tersebut. Dengan halus, aku menuangkan sabun cair dari perlengkapan bag
shop punya Maya. Aku mnggosok-gosokkan sabun ke seluruh tubuh Maya,
sesekali jariku yang nakal memilin punting Maya.
"Ughh.. Danddy.." Maya merintih dan bergetar saat aku permainkan
puntingnya yang memerah.
Untuk yang kesekian kalinya, kami berdua berburu kenikmatan. Dan entah
sudah berapa kali Maya seorang wanita yang sedang butuh kehangatan
mendapatkan orgasme. Kami memburu kenikmatan berkali-kali, kami berdua
memburu birahinya yang tidak pernah kenyang.
Sampai akhirnya waktu sudah menunjukkan pukul 23.30 wib, dimana aku
harus segera balik kerumah karena celullerku berapa kali tadi berbunyi.
Aku meninggalkan Hotel E.. Sambil menikmati sisa-sisa kenimatan yang
sudah di tinggalkan oleh permainan tadi.
*****
E N D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar