Rabu, 26 Agustus 2015

Petualangan Villa Cinta

Petualangan Villa Cinta



Pagi-pagi benar handphone-ku sudah bunyi. Aku
sedikit kesal dan malas bangun dari tempat tidurku.
Tapi bunyinya itu tidak kurang keras, aku malah tidak
bisa tidur lagi. Akhirnya aku paksakan juga berdiri dan
lihat siapa yang call aku pagi-pagi begini. Eh, tidak
tahunya temanku Vivie. Aku sedikit ketus juga
menjawabnya, tapi langsung berubah waktu aku
tahumaksudnya. Si Vivi mengajakku ikut bareng
cowoknya ke vilanya tidak terlalu jauh dari
tempatku.Aku sih setuju sekali sama ajakan itu, terus
aku tanya, apa aku boleh ajak cowokku. Si Vivi malah
tertawa, katanya ya jelas dong, memang harusnya
begitu. Rencananya kami bakal pergi besok sore dan
kumpul dulu di rumahku.
Singkat cerita kami berempat sudah ngumpul di
rumahku. Kami memang sudah saling kenal, bahkan
cukup akrab. Alf, cowoknya Vivie teman baik Ricky
cowokku. Oh ya, aku belum mengenali aku sendiri ya,
namaku Selvie, umurku sekarang 17 tahun, sama-
sama Si Vivie, Ricky cowokku sekarang 19 tahun,
setahun lebih tua dari Alf cowoknya Vivie. Oke, lanjut
ke cerita. Kami berempat langsung cabut ke villanya
Vivie. Sekitar setengah jam kami baru sampai. Aku
sama Vivie langsung beres-beres, menyimpani
barang-barang dan menyiapkan kamar. Ricky sama Si
Alflagi main bola di halaman villa. Mereka memang
pecandu bola, dan kayaknya tidak bakalan hidup
kalau sehari saja tidak menendang bola.
Villa itu punya tiga kamar, tapi yang satu dipakai
untuk menyimpani barang-barang. Mulanya aku atur
biar aku sama Vivie sekamar, Ricky sama Alf di kamar
lain. Tapi waktu aku beres-beres, Vivie masuk dan
ngomong kalau dia mau sekamar sama Si Alf. Aku
kaget juga, nekad juga ini anak. Tapi aku pikir-pikir,
kapan lagi aku bisa tidur bareng Si Ricky kalau tidak
di sini. Ya tidak perlu sampai gitu-gituan sih, tapi kan
asik juga kalau bisa tidur bareng dia, mumpung
jauhdari bokap dan nyokap-ku. Hehehe, mulai deh
omes-ku keluar. Oke, akhirnya aku setuju, satu kamar
buat Alf dan Vivie, satu kamar lagi buat Ricky sama
aku.
Sore-sore kami makan bareng, terus menjelang malam,
kami bakar jagung di halaman. Asik juga malam-
malam bakar jagung ditemani cowokku lagi. Wah,
benar-benar suasananya mendukung. Hehehe, aku
mulai mikir yang macam-macam, tapi malu kan kalau
ketahuan sama Si Ricky. Makanya aku tetap diam
pura-pura biasa saja. Tapi Si Vivie kayaknya
memperhatikan aku, dan dia nyengir ke aku, terus
gilanya lagi, dia ngomong gini, "Wah... sepertinya
suasana gini tidak bakalan ada di Bandung. Tidak
enak kalau dilewatin gitu saja ya." Aku sudah melotot
ke arah dia, tapi dia malah nyengir-nyengir saja,
malah dia tambahin lagi omongannya yang gila benar
itu, "Alf, kayaknya di sini terlalu ramai, kita jalan-jalan
yuk!" Aku sudah tidak tahu harus apa, eh Si Alf juga
samanya, dia setuju sama ajakan Si Vivie, dan
sebelum pergi di ngomong sama Ricky, "Nah, sekarang
elu harus belajar bagaimana caranya nahan diri kalau
elu cuma berdua sama cewek cakep kayak Si Selvie."
Aku cuma diam, malu juga dong disepet-sepet kayak
gitu.
Aku lihati Si Alf sama Si Vivie, bukannya jalan-jalan
malahan masuk ke villa. Aku jadi tidak tahu harus
ngapain, aku cuma diam, semoga saja Ricky punya
bahan omongan yang bisa diomongin. Eh, bukannya
ngomong, dia malah diam juga, aku jadi benar-benar
bingung. Apa aku harus tetap begini atau nyari-nyari
bahan omongan. Akhirnya aku tidak tahan, baru saja
aku mau ngomong, eh... Si Ricky mulai buka mulut,
"Eh... kamu tidak dingin?" Duer... Aku kaget benar,
tidak jadi deh aku mau ngomong, sebenernya aku
memang mau ngomong kalau di sini itu dingin dan
aku mau ajak dia ke dalam. Tapi tidak jadi, aku tidak
sadar malah aku geleng-geleng kepala. Ricky
ngomong lagi, "Kalau tidak dingin, mau dong kamu
temenin aku di sini, lihat bulan dan bintang, dan...
bintang jatuh itu lihat...!" Ricky tiba-tiba teriak sambil
menunjuk ke langit. Akukontan berdiri kaget sekali,
bukan sama bintang jatuhnya, tapi sama teriakan Si
Ricky, aduh... malu benar jadinya. Ricky ikutan berdiri,
dia rangkul aku dari belakang, "Sorry, aku tidak punya
maksud ngagetin kamu. Cuma aku seneng saja bisa
lihat bintang jatuh bareng kamu."Aku cuma bisa diam,
tidak biasanya Ricky segini warm-nya sama aku. Dia
malah tidak pernah peluk aku seerat ini biasanya. Aku
tengok arlojiku, jam 11.00 malam. Kuajak Ricky ke
dalam, sudah malam sekali. Dia setuju sekali, begitu
masuk ke villa kami disambut sama bunyi pecah dari
lantai atas. Kontan saja kami lari ke atas melihat ada
apa di atas. Ricky sampai duluan ke lantai atas, dan
di nyengir, terus dia ajak aku turun lagi, tapi aku
masih penasaran, memang ada apa di atas. Waktu
aku mau ketuk pintu kamar Vivie, tiba-tiba ada
teriakan lembut, "Aw... ah... pelan-pelan donk!" Gila
aku kaget setengah mati, tapi tanganku sudahkeburu
ngetuk pintu. Terus kedengaran bunyi gedubrak-
gedubrak di dalam. Pintu dibuka sedikit, Alf nongol
sambil nyengir, "Sorry, ngeganggu kalian ya? tidak
ada apa-apa kok kami cuma..."Aku dorong pintunya
sedikit, dan aku lihat Si Vivie lagi sibuk nutupi
badannya pakai selimut. Dia nyengir, tapi mukanya
merah benar, malu kali ya. Aku langsung nyengir, "Ya
sudah, lanjutin saja, kami tidak keganggu kok."
Terus aku ajak Ricky ke bawah. Ricky nyengir, "Siapa
coba yang tidak bisa nahan diri, hehehe." Tiba-tiba
ada sandal melayang ke arah Ricky, tapi dia langsung
ngelak sambil nyengir, terus buru-buru lari ke bawah.
Aku ikut-ikutan lari sambil ketawa-ketiwi, dan kami
berdua duduk di sofa sambil mendengarkan lagu di
radio. Tidak lama kedengaran lagi suara-suara dari
atas.Aku tidak tahan dan langsung nunduk menahan
ketawa. Gila, bisa-bisanya mereka berdua meneruskan
juga olah raga malamnya, padahal sudah jelas-jelas
kepergok sama kami berdua. Eh, di luar dugaan aku,
Ricky bediri dan mengajakku slow-dance, kebetulan
lagu di radio itu lagu saat Ricky ngajak aku jadian.
Aku jadi ingat bagaimana deg-degannya waktu Ricky
ngomong, dan bagaimana aku akhirnya menerima dia
setelah tiga bulan dia terus nunggui aku. Ricky
memang baik, dan dia benar-benar setia
menungguiku.
Selesai dance, Ricky tanya lagi, "Eh kalau mereka
berdua ketiduran, aku tidur dimana? memang tidur
sama barang-barang?" aku malu sekali, bagaimana
ngomongnya. Tapi akhirnya akubuka mulut, "Kita...
kita tidur berdua." Wah lega sekali waktu omongan itu
sudah keluar. Tapiaku takut juga, bagaimana ya reaksi
Si Ricky. Eh tahunya dia malah nyengir, "Oke deh
kalau kamu tidak masalah. Sebenernya aku juga
sudah ngantuk sih, aku tidur sekarang ya." Aku jadi
salah tingkah, Ricky naik ke lantai atas dan tidak
sengaja aku panggil dia, "Eh... tunggu!" Ricky berbalik,
dia nyengir, "Oke... oke... ayo naik, tidak bagus anak
cewek sendirian malam-malam gini." Aku sedikit
canggung juga sih, baru kali ini aku tidur seranjang
sama cowok, tapi lama-lama hilang juga. Kami berdua
tidak ngapa-ngapain, cuma diam tidak bisa tidur. Dari
kamar sebelah masih kedengaran suara Vivie yang
mendesah dan menjerit, dan sepertinya itu juga yang
bikin Ricky terangsang. Dia mulai berani remas-remas
jariku. Aku sih tidak nolak, toh dia khan cowokku. Tapi
aku kaget sekali, Ricky duduk terus sebelum aku tahu
apa yang bakal dia lakukan,bibirku sudah dilumatnya.
Aku mau nolak, tapi kayaknya badan malah kepingin.
So, aku biarkan dia cium aku, terus aku balas
ciumannya yang semakin lama semakin buas.
Baru saja aku mulai nikmati bibirnya yang hangat di
bibirku, aku merasa ada yang meraba tubuhku,
disusul remasan halus di dadaku. Aku tahu itu Ricky,
aku tidak menolak. Aku biarkan dia main-main
sebentar di sana. Ricky makin berani, dia angkat
badanku dan diduduki di pinggir ranjang. Dia cium
aku sekali lagi, terus dia mau buka pakaian tidurku.
Aku tahan tangannya, ada sedikit penolakan di
kepalaku, tapi badanku kayaknya sudah kebelet ingin
mencoba, kayak apa sih nge-sex itu. Akhirnya
tanganku lemas, aku biarkan Ricky buka pakaianku,
dia juga buka baju dan celananya sendiri. Dia cuma
menyisakan celana dalam putihnya. Aku lihat penisnya
yang membayang di balik celana dalamnya, tapi aku
malu melihati lama-lama, so aku ganti lihat badannya
yang lumayan jadi. Mungkin karena olahraganya yang
benar-benar rajin.
Aku tidak tahu apa aku bisa tahan memuaskan Ricky,
soalnya aku tahu sendiri bagaimana staminanya
waktu dia main bola. 2x45 menit dia lari, dan dia
selalu kuat sampai akhir. Aku tidak terbayang
bagaimana aksinya di ranjang, jangan-jangan aku
harus menerima kocokannya2x45 menit. Gila, kalau
gitu sih aku bisa pingsan.
Waktu aku berhenti memikirkan stamina dia dan aku,
aku baru sadar kalau bra-ku sudah dilepasnya.
Sekarang dadaku telanjang bulat. Aku malu setengah
mati, mana Ricky mulai meremas dadaku lagi, yah
pokoknya aku tidak tahu harus bagaimana, aku cuma
diam, merem siap menerima apa saja yang bakal dia
lakukan. Tiba-tiba remasan itu berhenti, tapi ada
sesuatu yang hangat di sekitar dadaku, terus berhenti
di putingku. Aku melek sebentar, Ricky asik menjilati
putingku sambil sesekali mengisap-ngisap. Aku makin
malu, mana ini baru pertama kali aku telanjang di
depan cowok, apalagi dia bukan adik atau kakakku.
Wah benaran malu deh.

Lama-lama aku mulai bisa menikmati bagaimana
enaknya permainan lidah Ricky di dadaku, aku mulai
berani buka mata sambil melihat bagaimana Ricky
menjelajahi setiap lekuk tubuhku. Tapi tiba-tiba aku
dikagetkan sesuatu yang menyentuh selangkanganku.
Tepat di bagian vaginaku. Aku tidak sadar mendesah
panjang. Rupanya Ricky sudah menelanjangiku bulat-
bulat. Kali ini jarinya mengelus-elus vaginaku yang
sudah basah sekali. Dia masih terus menjilati puting
susuku yang sudah mengeras sebelum akhirnya dia
pindah ke selangkanganku.
Aku menarik nafas dalam-dalam waktu lidahnya yang
basah dan hangat pelan-pelan menyentuh vaginaku
naik ke klitoris-ku, dan waktu lidahnya itu menyentuh
klitoris-ku, aku tidak sadar mendesah lagi, dan
tanganku tidak sengaja menyenggol gelas di meja
dekat ranjangku. Lalu "Prang..." gelas akhirnya pecah
juga. Ricky berhenti, kayaknya dia mau memberesi
pecahan kacanya. Tapi entah kenapa, mungkin karena
aku sudah larut dalam nafsu, aku malah pegang
tangannya terus aku menggeleng, "Barkan saja, nanti
aku beresin. Lanjutin... please..."
Sesudah itu aku lihat Ricky nyengir, terus diciumnya
bibirku dan dia melanjutkan permainannya di
selangkanganku. Ricky benar-benar jago mainkan
lidahnya, benar-benar bikin aku merem-melek
keenakan. Terus di mulai melintir-melintir klitorisku
pakai bibirnya. Aku seperti kesetrum tidak tahan, tapi
Ricky malah terus-terusan melintir-melintiri "kacang"-
ku itu. "Euh... ah... ah... ach... aw..." aku sudah tidak
tahu bagaimana aku waktu itu, yang jelas mataku
buram, semua serasa mutar-mutar. Badanku lemas
dan nafasku seperti orang baru lari marathon. Aku
benar-benar pusing, terus aku memejamkan mataku,
ada lonjakan-lonjakan nikmat di badanku mulai dari
selangkanganku, ke pinggul, dada dan akhirnya bikin
badanku kejang-kejang tanpa bisa aku kendalikan.
Aku coba atur nafasku, dan waktu aku mulai tenang,
aku buka mata, Ricky sudah buka celana dalamnya,
dan penisnya yang hampir maksimal langsung berdiri
di depan mukaku. Dia megangi batang penisnya pakai
tangan kanannya, tangan kirinya membelai rambutku.
Aku tahu dia mau di-"karoake"-in, ada rasa jijik juga
sih, tapi tidak adil dong, dia sudah muasin aku,
masaaku tolak keinginannya. So aku buka mulutku,
aku jilat sedikit kepala penisnya. Hangat dan bikin aku
ketagihan. Aku mulai berani menjilat lagi, terus dan
terus. Ricky duduk di ranjang, kedua kakinya dibiarkan
terlentang. Aku duduk di ranjang, terus aku bungkuk
sedikit, aku pegang batang penisnya yang besarnya
lumayan itu pakai tangan kiriku, tangan kananku
menahan badanku biar tidak jatuh dan mulutku mulai
bekerja.
Mula-mula cuma menjilati, terus aku mulai emut
kepala penisnya, aku hisap sedikit terus kumasukkan
semuanya ke mulutku, ternyata tidak masuk, kepala
penisnya sudah menyodok ujung mulutku, tapi masih
ada sisa beberapa senti lagi. Aku tidak maksakan, aku
gerakkan naik-turun sambil aku hisap dan sesekali
aku gosok batang penisnya pakai tangan kiriku. Ricky
sepertiya puas juga sama permainanku, dia mrlihati
bagaimana aku meng-"karaoke"-in dia sambil
sesekali membuka mulut sambil sedikit berdesah.
Sekitar 5 menit akhirnya Ricky tidak tahan, dia
berdiridan mendorong badanku ke ranjang sampai aku
terlentang, dibukanya pahaku agak lebar dandijilatnya
sekali lagi vaginaku yang sudah kebanjiran. Terus
dipegangnya penisnya yang sudah sampai ke ukuran
maksimal. Dia mengarahkan penisnya ke vaginaku,
tapi tidak langsung dia masukan, dia gosok-gosokkan
kepala penisnya ke bibir vaginaku, baru beberapa detik
kemudian dia dorong penisnya ke dalam. Seperti ada
sesuatu yang maksa masuk ke dalam vaginaku,
menggesek dindingnya yang sudah dibasahi lendir.
Vaginaku sudah basah, tetap saja tidak semua penis
Ricky yang masuk. Dia tidak memaksa, dia cuma
mengocok-ngocok penisnya di situ-situ juga. Aku
mulai merem-melek lagi merasakan bagaimana
penisnya menggosok-gosok dinding vaginaku, benar-
benar nikmat. Waktu aku asik merem-melek, tiba-tiba
penis Ricky maksa masuk terus melesak ke dalam
vaginaku. "Aw... ah..." vaginaku perih bukan main dan
aku teriak menahan sakit. Ricky masih menghentak
dua atau tiga kali lagi sebelum akhirnya seluruh
penisnya masuk merobek selaput daraku. "Stt... tahan
sebentar ya, nanti juga sakitnya hilang." Ricky
membelai rambutku. Di balik senyum nafsunya aku
tahu ada rasa iba juga, karena itu aku bertekad
menahan rasa sakit itu, aku menggelengkan kepala,
"Tidak apa-apa... aku tidak apa-apa. Terusin saja...
ah..."
Ricky mulai menggerakkan pinggangnya naik-turun.
Penisnya menggesek-gesek vaginaku, mula-mula
lambat terus makin lama makin cepat. Rasa sakit dan
perihnya kemudian hilang digantikan rasa nikmat luar
biasa setiap kali Ricky menusukkan penisnya dan
menarik penisnya. Ricky makin cepat dan makin keras
mengocok vaginaku, aku sendiri sudah merem-melek
tidak tahan merasakan nikmat yang terus-terusan
mengalir dari dalam vaginaku. "Tidak lama lagi... tidak
bakalan lama lagi..." Ricky ngomong di balik nafasnya
yang sudah tidak karuan sambil terus mengocok
vagina aku. "Aku juga... ah... oh... sebentar lagi... ah...
aw... juga..." aku ngomong tidak jelas sekali, tapi
maksudnya aku mau ngomong kalau aku juga sudah
hampir sampai klimaks. Tiba-tiba Ricky mencabut
penisnya dari vaginaku, dia tengkurapi aku, aku
sendiri sudah lemas tidak tahu Ricky mau apa, tapi
secara naluri aku angkat pantatku ke atas, aku tahan
pakai lututku dan kubuka pahaku sedikit. Tanganku
menahan badanku biar tidak ambruk dan aku siap-
siap ditusukdari belakang.
Beneran saja Ricky memasukkan penisnya ke vaginaku
dari belakang, terus dia kocok lagi vaginaku. Dari
belakang kocokan Ricky tidak terlalu keras, tapi makin
cepat. Aku sudah sekuat tenaga menahan badanku
biar tidak ambruk, dan aku rasakan tangan Ricky
meremas-remas dadaku dari belakang, terus jarinya
menggosok-gosok puting susuku, bikin aku seperti
diserang dari dua arah, depan dan belakang. Ricky
kembali mengeluarkan penisnya dari vaginaku, kali ini
dimasukkannya ke anusku. Dia benar-benar
memaksakan penisnya masuk, tapi tidak semuanya
bisa masuk. Ricky sepertinya tidak peduli, dia
mengocok anusku seperti mengocok vaginaku, kali ini
cuma tangan kirinya yang meremas dadaku, tangan
kanannya sibuk main-main di selangkanganku, dia
masukkan jari tengahnya ke vaginaku dan jempolnya
menggosoki klitorisku.
Aku makin merem-melek, anusku dikocok-kocok,
klitorisku digosok-gosok, dadaku diremas-remas dan
putingnya dipelintir-pelintir, terus vaginaku dikocok-
kocok juga pakai jari tengahnya. Aku benar-benar
tidak kuat lagi, akhirnya aku klimaks, dan aku
merasakan Ricky juga sampai klimaks, dari anusku
kerasa ada cairan panas muncrat dari penis Ricky.
Akhirnya aku ambruk juga, badanku lemas semua. Aku
lihat Ricky juga ambruk, dia terlentang di sebelahku.
Badannya basah karena keringat terus, kupegang
badanku, ternyata aku juga basah keringatan. Benar-
benar kenikmatan yang luar biasa.Tidak tahu berapa
lama aku ketiduran, waktu akhirnya aku bangun. Aku
lihat arloji, sudah jam 2 subuh. Leherku kering, tapi
waktu aku mau minum, aku ingat gelas di kamarku
sudah pecah gara-gara kesenggol. Aku lihat ke lantai,
banyak pecahan kaca, terus aku ambil sapu, aku sapu
dulu ke pinggir tembok. Aku turun ke bawah,
maksudnya sih mau ambil minum di bawah, aku
masih telanjang sih, tapi aku cuek saja. Aku pikir si Alf
pasti masih tidur soalnya dia pasti capai juga olah
raga malam bareng Si Vivie.
Aku turun dan mengambil air dingin di kulkas.
Kebetulan villanya Vivie lumayan mewah, ada kulkas
dan TV. Aku ambil sebotol Aqua, terus sambil jalan
aku minum. Aku duduk di sofa, rencananya sih aku
cuma mau duduk-duduk sebentar soalnya di kamar
panas sekali. Tidak tahu kenapa, tapi aku akhirnya
ketiduran dan waktu aku bangun aku kaget setengah
mati. Aku lihatSi Alf dengan santainya turun dari
tangga langsung menuju kulkas, kayaknya mau
minum juga.
Aku bingung harus menutupi badanku pakai apa, tapi
aku telat Si Alf sudah membalik duluan dan dia
melongo melihat aku telanjang di depannya. Dia
masih melihatiku waktu aku menutupi selangkanganku
pakai tangan, tapi aku sadar sekarang dadaku
kelihatan, makanya tanganku pindah lagi ke dada,
terus pindah lagi ke bawah, aku benar-benar bingung
harus bagaimana, aku malu setengah mati.
Alf akhirnya berbalik,
"Sorry, aku pikir kamu masih tidur di kamar. Jadi...
jadi..."
"Tidak apa-apa, ini salahku."
Aku masih mencari-cari sesuatu untuk menutupi
badanku yang telanjang polos, waktu akhirnya aku
juga sadar kalau Alf juga telanjang. Sepertinya dia
pikir aku masih di kamar sama Si Ricky, makanya dia
cuek saja turun ke bawah. Aku pikir sudah terlambat
untuk malu, toh Alf sudah melihatku dari atas sampai
ke bawah polos tanpa sehelai benangpun, apalagi
aku sudah tidak perawan lagi, so malu apa. Cuek saja
lah. "Kamu sudah boleh balik, aku tidak apa-apa."
Aku mengambil remot TV terus menyalakan TV. Aku
setel VCD, aku pikir bagus juga aku rileks sebentar
sambil nonton TV. Alf juga sepertinya sudah cuek, dia
berbalik tapi tidak lagi melongo melihatiku telanjang,
dia duduk sambil ikut nonton TV.
Gilanya yang aku setel malah VCD BF. Tapi sudah
tanggung, aku tonton saja, peduli amat apa kata Si
Alf, yang penting aku bisa istirahat sambil nonton TV.
"Bagaimana semalem?" aku buka percakapan dengan
Alf.
Dia berbalik, "Hebat, Vivie benar-benar hebat."
Alf sudah bisa nyengir seperti biasanya.
Aku mengangguk, "Ricky juga hebat, aku hampir
pingsan dibikinnya."
Alf nyengir lagi, lalu kami ngobrol sambil sesekali
menengok TV. Kayaknya tidak mungkin ada cowok
yang tahan ngobrol tanpa mikirin apa-apa sama
cewek yang lagi telanjang, apalagi sambil nonton film
BF. Tiap kali ngomong aku tahu mata Alf selalu
nyasar ke bawah, ka dadaku yang memang lumayan
menggoda. Aku tidak memuji sendiri, tapi memang
dadaku cukup oke, ranum menggoda, bahkan lebih
seksi dari kepunyaan Vivie, itu sebabnya Alf tidak
berhenti-berhenti melihati dadaku kalau ada
kesempatan. Ada sedikit rasa bangga juga dibalik rasa
maluku,dan sekilas kulihat penis Alf yang mulai
tegang. Aku nyengir dan sepertinya Alf tahu apa yang
aku pikirkan.
Dia pegang tanganku, "Boleh aku pegang, itu juga
kalau kamu tidak keberatan." Wah berani juga dia, aku
jadi sedikit tersanjung, terus aku mengangguk. Alf
pindah ke sebelahku, dia peluk aku dan tangannya
mulai remas-remas dadaku. Mula-mula dia sedikit
ragu-ragu, tapi begitu tahu kalau aku tidak nolak dia
mulai berani dan makin lama makin berani, dan
jarinya mulai nakal memelintir puting susuku. Aku
mulai merem-melek sambil memutar badanku.
Sekarang aku duduk di paha Alf berhadap-hadapan.
Alf langsung menyambar putingku dan lidahnya
langsung beraksi. Aku sendiri sudah kebawa nafsu,
aku mulai mengocok penisnya pakai tanganku dan
sepertinya Alf juga puas dengan permainanku. Aku
mulai terbawa nafsu, dan aku sudah tidak peduli apa
yang dia lakukan, yang jelas enak buatku.
Alf menggendongku, kupikir mau dibawa ke kamar
mandi, soalnya kamar di atas ada Vivie sama Ricky,
tapi tebakanku keliru. Dia malah menggendongku ke
luar, ke halaman villa. Aku kaget juga, bagaimana
kalau ada yang lihat kami telanjang di luar. Tapi
begitu Alf buka pintu luar, aku melihat di seberang
villa, sepasang cowok-cewek lagi sibuk nge-sex.
Cewek itu mendesah-desah sambil sesekali berteriak.
Aku lihat lagi ke sekitarnya, ternyata banyak juga yang
nge-sex di sana. Rupanya villa-villa di sekitar sini
memang tempatnya orang-orang nge-sex.
"Bagaimana? kita kalahkan mereka?" Alf nyengir
sambil menggendongku. Aku ikutan nyengir, "Siapa
takut?" terus Alf meniduriku di rumput. Dingin juga
sisa air hujan yang masih membasahi rumput,
punggungku dingin dan basah tapi dadaku lebih
basah lagi sama liurnya Si Alf. Udara di luar itu benar-
benar dingin, sudah di pegunungan, subuh-subuh
lagi. Wah tidak terbayang bagaimana dinginnya deh.
Tapi lama-lama rasa dingin itu hilang, aku malah
makin panas dan nafsu, apalagi Alf jago benar
mainkan lidahnya. Sayup-sayup aku mendengarkan
suara cewek dari villa seberang yang sudah tidak
karuan dan tidak ada iramanya. Aku makin nafsu lagi
mendengarnya, tapi Alf sepertinya lebih nafsu lagi, dia
itu seperti orang kelaparan yang seolah bakal nelan
dua gunung kembarku bulat-bulat.
Lama juga Alf main-main sama dadaku, dan akhirnya
dia pegang penisnya minta aku meng-"karaokei"-in
itu penis yang besarnya lumayan juga. Gara-gara tadi
malam aku sudah mencoba meng-"karaokei"-in penis
Ricky, sekarang aku jadi kecanduan, aku jadi senang
juga meng-"karaoke"-in penis, apalagi kalau besarnya
lumayan seperti punya Si Alf. Makanya tidak usah
disuruh dua kali, langsung saja aku caplok itu penis.
Aku tidak mau kalah sama permainan dia di dadaku,
aku hisap itu penis kuat-kuat sampai kepalanya jadi
ungu sekali. Terus kujilati mulai dari kepalanya
sampai batang dan pelirnya juga tidak ketinggalan.
Kulihat Alf melihati bagaimana aku main di bawah
sana. Sesekali dia buka mulut sambil berdesah
menahan nikmat. Aku belum puas juga, kukocok
batang penisnya pakai tanganku dan kuhisap-hisap
kepalanya sambil kujilati pelan-pelan. Alf merem-
melek juga dan tidak lama dia sudah tidak tahan lagi,
sepertinya sih mau keluar, makanya dia cepat-cepat
melepaskan penisnya dari mulutku. Aku tahu dia tidak
mau selesai cepat-cepat, makanya aku tidak ngotot
meng-"karaoke"-in penisnya lagi.
Alf sengaja membiarkan penisnya istirahat sebentar,
dia suruh aku terlentang sambil mengangkang. Aku
menurut saja, aku tahu Alf jago mainkan lidahnya,
makanya aku senang sekali waktu dia mulai jilati bibir
vaginaku yang sudah basah sekali. Benar saja, baru
sebentaraku sudah dibikin merem-melek gara-gara
lidahnya yang jago sekali itu. Sepertinya habis semua
bagian vaginaku disapu lidahnya, mulai dari bibirnya,
klitorisku, sedikit ke dalam ke daerah dinding dalam,
sampai anusku juga tidak ketinggalan dia jilati.
Aku dengarkan, sepertinya pasangan di seberang
sudah selesai main, soalnya sudah tidak kedengaran
lagi suaranya, tapi waktu aku lihat ke sana, aku
kaget. Cewek itu lagi meng-"karaoke"-in cowok, tapi
bukan cowok yang tadi. Cowok yang tadi nge-sex
sama dia lagimembersihkan penisnya, mungkin dia
sudah puas. Sekarang cewek itu lagi meng-"karaoke"-
in cowok lain, lebih tinggi dari cowok yang tadi. Gila
juga itu cewek nge-sex sama dua cowok sekaligus.
Tapi aku tarik lagi omonganku, soalnya aku ingat-
ingat, aku juga sama saja sama dia. Baru selesai
sama Ricky, sekarang sama Alf. Wah ternyata aku juga
sama gilanya. Aku nyengir sebentar, tapi terus merem-
melek lagi waktu Alf mulai melintir-melintir klitorisku
pakai bibirnya.
Alf benar-benar ahli, tidak lama aku sudah mulai
pusing, aku lihat bintang di langit jadi tambah banyak
dan kayaknya mutar-mutar di kepalaku. Aku benar-
benar tidak bisa ngontrol badanku. Ada semacam
setrum dari selangkanganku yang terus-terusan bikin
aku gila. "Ah... ah... Alf... Ah... berhenti dulu Alf... Ah...
Ah... Shhh..." aku tidak tahan sama puncak nafsuku
sendiri. Tapi Alf malah terus-terusan melintir-melintir
klitorisku. Aku benar-benar tidak tahan lagi, aku
kejang-kejang seperti orang ayan, tapi sudahnya
benar-benar enak sekali, beberapa menit lewat, semua
badanku masih lemas, tapi aku tahu ini belum selesai.
Sekarang bagianku bikin Alf merem-melek, makanya
aku paksakan duduk dan mulai menungging di depan
Alf. Alf sendiri sepertinya memang sudah tidak tahan
ingin mengeluarkan maninya, dia tidak menunggu
lama lagi, langsung dia tusukkan itu penis ke
vaginaku. Ada sedikit rasa sakit tapi tidak sesakit
pertama vaginaku dimasukkan penis Ricky. Alf tidak
menunggu lama lagi, dia langsung mengocok
vaginaku dan tangannya tidak diam, langsung
disambarnya dadaku yang makin ranum karena aku
menungging. Diremasnya sambil dipelintir-pelintir
putingnya. Aku tidak tahan digituin, apalagi badanku
masih lemas, tanganku lemas sekali, untuk menahan
hentakan-hentakan waktu Alf menyodokkan penisnya
saja sudah tidak kuat. Aku ambruk ke tanah, tapi Alf
masih terus mengocokku, dari belakang.
"Ah... euh... ah... aw..." aku cuma bisa mendesah
setiap kali Alf menyodokkan penisnya ke vaginaku.
Aku coba mengangkat badanku tapi aku tidak kuat,
akhirnya aku menyerah, aku biarkan badanku ambruk
seperti gitu. Alf memutarkan badanku, terus
disodoknya lagi vaginaku dari depan. Aku sudah tidak
bisa ngapa-ngapain, setiap kali Alf menyodokkan
penisnya selain dinding vaginaku yang tergesek,
klitorisku juga tergesek-gesek, makanya aku makin
lemas dan merem-melek keenakan.
Alf memegang kaki kiriku, terus diangkatnya ke bahu
kanannya, terus dia mengangkat kaki kananku,
diangkatnya ke bahu kirinya. Aku diam saja, tidak bisa
menolak, posisi apa yang dia ingin terserah, pokoknya
aku ingin cepat-cepat disodok lagi. Aku tidak tahan
ingin langsung dikocok. Ternyata keinginanku
terkabul, Alf menyodokku lagi, kakiku dua-duanya
terangkat, mengangkang lagi, makanya vaginaku
terbuka lebih lebar dan Alf makin leluasa mengocok-
ngocokkan penisnya. Vaginaku diaduk-aduk dan aku
bahkan sudah tidak bisa lagi berdesah, aku cuma bisa
buka mulut tapi tidak ada suara yang keluar.
"Aku mau keluar, aku mau keluar..." Alf membisikkan
sambil ngos-ngosan dan masih terus mengocokku.
"Jangan di... jangan di dalam. Ah... ah... oh... aku...
aku tidak mau... hamil."
Aku cuma bisa ngomong gitu, seenggannya maksud
aku ngomong gitu, aku tidak tahu apa suaraku keluar
atau tidak, pokoknya aku sudah usaha, itu juga sudah
aku paksa-paksakan. Aku tidaktahu apa Alf ngerti
apa yang aku omongin, tapi yang jelas dia masih
terus mengocokku.
Baru beberapa detik lewat, dia mencabut penisnya,
kakiku langsung ambruk ke tanah. Alf mengangkang
di perutku, dan dia selipkan penisnya ke sela-sela
dadaku yang sudah montok sekali soalnya aku sudah
dipuncak nafsu. Kujepit penisnya pakai dadaku, dan
Alf mengocok-ngocok seolah masih di dalam
vaginaku. Tidak lama maninya muncrat ke muka dan
sisanya di dadaku. Aku sendiri klimaks lagi,
kulepaskan tanganku dari dadaku, maninya mengalir
ke leherku, dan mani yang di pipiku mengalir ke
mulutku. Aku bahkan tidak bisa menutup mulutku, aku
terlalu lemas. Aku biarkan saja maninya masuk dan
aku telan saja sekalian.
Belum habis lemasku, Alf sudah menempelkan
penisnya ke bibirku. Aku memaksakan menjilati
penisnya sampai bersih terus aku telan sisa maninya.
Alf menggendongku ke dalam, terus dia
membaringkanku di sofa. Aku lemas sekali makanya
aku tidak ingat lagi apa yang terjadi selanjutnya.
Yang jelas baru jam 8.00 aku baru bangun. Begitu aku
buka mata, aku sadar aku masih telanjang. Aku
memaksakan duduk, dan aku kaget kenapa aku ada
di kamar Vivie. Terus yang bikin aku lebih kaget lagi,
aku lihat sebelah kiriku Alf masih tidur sedangkan di
kananku Ricky juga masih tidur. Mereka berdua juga
masih telanjang seperti aku.
Belum habis kagetku, Vivie keluar dari kamar mandi di
kamarku, dia lagi mengeringkan rambutnya dan
sama-sama masih telanjang. Baru akhirnya aku tahu
kalau semalam Vivie bangun dan melihat aku lagi
nge-sex sama Alf. dia sih tidak marah, soalnya yang
penting buat dia Alf cinta sama dia, soal Alf
memuaskan nafsu sama siapa, tidak masalah buat
dia. Ternyata Vivie melihat dari jendela bagaimana
aku sama Alf nge-sex dan Ricky yang juga bangun
subuh-subuh kaget melihat aku lagi nge-sex sama
Alf. Dia keluar kamar, sepertinya mau melihat apa
benar aku lagi nge-sex sama Alf, tapi dia sempat
menengok ke kamar sebelah dan melihat Vivie yang
lagi nonton aku sama Alf nge-sex dari jendela. Ricky
langsung dapat ide, so dia masuk ke dalam dan
mengajak Vivie nge-sex juga. Singkat cerita mereka
akhirnya nge-sex juga di kamar. Dan waktu aku sama
Alf selesai, Alf menggendongku ke atas dan melihat
Ricky sama Vivie baru saja selesai nge-sex. Makanya
kami berempat akhirnya tidur bareng di kamarnya
telanjang bulat.
Hehehe, tidak masalah, kami berempat malah makin
dekat. Nanti malam juga kami bakalan nge-sexlagi
berempat, tidak masalah buat aku Ricky atau Alf yang
jadi pasanganku, yang penting aku puas. Tidak
masalah siapa yang muasin aku.
Seperti rencana kami semula, malam itu juga kami
nge-sex berempat bareng-bareng. Asik juga sekali-kali
nge-sex bareng seperti gitu. Ricky masih tetap oke
walaupun dia sudah ngocok Vivie duluan. Aku masih
kewalahan menghadapi penisnya yang memang gila
itu. Alf juga tidak kalah, biarkan dia masih ngos-
ngosan waktu selesai ngocok aku, dia langsung
sambar Vivie yang juga baru selesai sama Ricky. Terus
kami nge-sex lagi sampai akhirnya sama-sama puas.
Aku puas sekali, soalnya baru kali ini aku dipuasi dua
cowok sekaligus tanpa jeda. Baru saja selesai satu,
yang satunya sudah menyodok-nyodok penisnya ke
vaginaku. Pokoknya benar-benar puas sekali deh aku.
Masuk ke cerita, malam ini kami rencana tidak akan
nge-sex lagi, soalnya sudah capai sekali dua hari
gituan melulu. Makanya Ricky sama Alf langsung
menghilang begitu matahari mulai teduh. Mereka sih
pasti main bola lagi, tidak bakalan jauh dari itu. Vivie
menghabiskan waktunya di villa, kayaknya dia capai
sekali, hampir seharian dia di kamar. Aku jadi bosan
sendirian,makanya aku putuskan aku mau jalan-jalan.
Kebetulan di dekat situ ada air terjun kecil.
Akurencana mau menghabiskan hari ini berendam di
sana, biar badanku segar lagi dan siap tempur lagi.
Aku tidak langsung ke air terjun, aku jalan-jalan dulu
mengelilingi kompleks villa itu. Besar juga, dan
villanya keren-keren. Ada yang mirip kastil segala.
Sepanjang jalan aku ketemu lumayan banyak orang,
rata-rata sih orang-orang yang memang lagi
menghabiskan waktu di villa sekitar sini. Hampir
semua orang yang ketemu melihati aku. Dari mulai
cowok keren yang adadi halaman villanya, om-om
genit yang sibuk menggodai cewek yang lewat sampai
tukang kebun di villa juga melihati aku. Aku sih cuma
nyengir saja membalas mata-mata keranjang mereka.
Tidak aneh sih kalau mereka melihatiku, masalahnya
aku memang pakai baju pas-pasan, atasanku kaos
putih punyanya Si Vivie yang kesempitan soalnya
kamarku dikunci dan kuncinya terbawa Ricky. Aku
malas mencari dia, makanya aku pakai saja kaos Si
Vivie yang ada di meja setrika. Itu juga aku tidak
pakai bra, soalnya bra Vivie itu sempit sekali di aku.
memang sih dadaku jadi kelihatan nonjol sekali dan
putingnya kelihatan dari balik kaos sempit itu, tapi
aku cuek saja, siapa yang malu, ini kan kawasan villa
buat nge-sex, jadi suka-suka aku dong.
Oh ya aku jadi lupa, bawahan aku lebih gila lagi. Aku
tidak tega membangunkan Vivie cuma untuk minjam
celana atau rok, kebenaran saja ada Samping Bali
pengasih Ricky bulan lalu, ya aku pakai saja. Aku ikat
di kananku, tapi tiap kali aku melangkah, paha
kananku jadi terbuka, ya cuek saja lah. Apa salahnya
sih memarkan apa yang bagus yang aku punya, benar
tidak?
Singkat cerita, aku sampai ke air terjun kecil itu. Aku
jalan-jalan mencari tempat yang enak buat berendam.
Kaosku mulai basah dan dadaku makin jelas
kelihatan, apalagi Samping yang aku pakai, sudah
basah benar-benar kena cipratan air terjun. Enak juga
sih segar, tapi lama-lama makin susah jalannya,
soalnya Samping aku jadi sering keinjak. Aku jadi
ingin cepat-cepat berendam, soalnya segar sekali
airnya, dan waktu aku menemui tempat yang enak,
aku siap-siap berendam, aku lepas sandalku. Tapi
waktu aku mau melepas Samping-ku tiba-tiba ada
tangan yang memegang bahuku, aku berbalik ternyata
seorang cowok menodongi pisau lipat ke leherku. Aku
kaget camput takut, tapi secara naluri aku diam saja,
salah-salah leherku nanti digoroknya.
"Mau... mau apa lo ke gue?" aku tanya ke orang yang
lagi nodong pisau ke aku. Aku tidak berani lihat
mukanya, soalnya aku takut sekali. Ternyata cowok
itu tidak sendiri, seorang temannyamuncul dari balik
batu, rupanya mereka memang sudah ngincar aku dari
tadi. Temannya itu langsung buka baju dan celana
jeans-nya. Aku tebak kalau mereka mau memperkosa
aku. Ternyata tebakanku benar, orang yang
menodongi pisau bicara, "Sekarang lo buka semua
baju lo, cepet sebelum kesabaran gue habis!" Aku jadi
ingat bagaimana korban-korban perkosaan yang
akulihat di TV, aku jadi ngeri. Jangan-jangan begitu
mereka selesai perkosa aku, aku dibunuh. Makanya
aku beranikan diri ngomong kalau aku tidak
keberatan muasin mereka asal mereka tidak bunuh
aku.
"Oke... oke, aku buka baju. Kalem saja, aku tidak
masalah muasin elu berdua, tapi tidak usah pakai
nodong segala dong." Aku berusaha ngomong,
padahal aku lagi takut setengah mati. Orang yang
nodongin pisau malah membentak aku, "Goblok,
mana ada cewek mau diperkosa, elu jangan macem-
macem ya!" Aku makin takut, tapi otakku langsung
bekerja, "Santai dong, emangnya gue berani pakai
baju ginian kalau gue tidak siap diperkosa orang?
Lagian apa gue bisa lari pakai samping kayak
ginian?" Kedua orang itu melihati aku, terus akhirnya
pisau itu dilipat lagi. Aku lega setengah mati, tapi ini
belum selesai, aku masih harus puasin mereka dulu.
Aku mulai buka Samping-ku, "Maunya bagaimana,
berdua sekaligus atau satu-satu?" Orang yang tadi
nodongin pisau melihat ke orang yang satunya, "Eloe
dulu deh. Gue lagi tidak begitu mood." Temannya
mengangguk-angguk dan langsung mencaplok
bibirku. Aku lihat-lihat, ganteng juga nih orang. Aku
balas ciumannya, dia sepertinya mulai lebih halus,
pelan-pelan dia remas dadaku dan tahu-tahu aku
sudah ditiduri di atas batu yang lumayan besar. Dia
tidak langsung main sodok, dia lebih senang main-
main sama dadaku, makanya aku jadi lebih rileks, so
aku bisa menikmati permainannya.
"Ah... yeah... ah... siapa... siapa nama loe?" aku tanya
dibalik desahan-desahanku menahan nikmat. Dia
nyengir, mirip sekali Si Alf, dia terus membuka celana
dalam birunya, dan penisnya yang sudah tegang
sekali langsung nongol seperti sudah tidak sabar ingin
menyodokku. Tidak usah disuruh, aku langsung
jongkok, tanganku memegang batangnya dan
ternyata masih menyisa sekitar 5 - 7 senti. Aku jilat
kepala penisnya terus aku kulum-kulum penisnya. Dia
mulai menikmati permainanku, "Oke... terus... terus...
Yeah..." Ternyata ada juga cowok yang suka
berdesah-desah kayak gitu kalau lagi nge-sex. Aku
berhenti sebentar,
"Belum dijawab?"
"Oh, sorry. Nama gue Jeff."
Dia menjawab sambil terus merem-melek menikmati
penisnya yang aku kulum dan kuhisap-hisap. Kulihat-
lihat sepertinya aku kenal suaranya.
"Elo tinggal di sini juga ya, elu yang lusa kemarin
ngentot di halaman villa?"
Jeff kaget juga waktu aku ngomong gitu.
"Memang elu tahu dari mana?"
Aku nyengir terus aku teruskan lagi menghisap
penisnya yang sudah basah sekali sama liurku.
Aku berhenti lagi sebentar, "Gue lihat elu. Gila lu ya !
berdua ngentotin cewek, keliatannya masih kecil lagi."
Jeff nyengir, "Itu adik kelas gue, dia baru 15 tahun,
tapi bodinya oke sekali. Gue ajakin ke sini, dan gue
entot bareng Si Lex. Dia sendiri sepertinya suka
digituin sama kami berdua." Aku tidak meneruskan
lagi, aku berhenti dan langsung cari posisi yang enak
buat nungging. Jeff mengerti maksudku, dia langsung
menyodok penisnya ke vaginaku bareng sama suara
eranganku. Terus dia mulai mengocok, mulanya sih
pelan-pelan terus tambah cepat. Terus dan terus, aku
mulai merem-melek dibikinnya. Terus dia cabut
penisnya, aku digendong dan dia masukkan penisnya
lagi ke vaginaku. Terus dia mengocok aku sambil
bediri, seperti gaya ngocoknya Tom Cruise di film Jerry
Maguire. Vaginaku seperti ditusuk-tusuk keras sekali
dan aku makin merem-melek dibuatnya. Dan akhirnya
aku tidak tahan lagi, aku kejang-kejang dan aku
menjerit panjang. Pandanganku kabur, dan aku
pusing. Aku hampir saja jatuh kalau Jeff tidak cepat-
cepat memegangi pinggangku.
Aku lagi nikmati puncak kepuasanku, tiba-tiba
seorang sedang mendekatiku, sepertinya sekarang dia
nafsu sekali gara-gara mendengarkan desahan-
desahanku. Dia sudah telanjang dan penisnya sudah
tegang sekali. Aku tahu dari mukanya kalau dia sedikit
kasar, makanya aku tidak banyak cing-cong lagi, aku
langsung maksakan bangun dan jongkok
meng-"karaoke"-in penisnya. Penisnya sih tidak
besar-besar sekali, tapi aku ngeri juga melihat otot-
otot di sekitar paha dan pantatnya. Jangan-jangan
dia kalau ngocok sekeras-kerasnya. Bisa-bisa
vaginaku jebol.
Lama juga aku meng-"karaoke"-in penisnya, dan
akhirnya dia suruh aku berhenti. Aku menurut saja,
dan langsung ambil posisi menungging. Aku sudah
pasrah kalau dia bakal menyodok-nyodok vaginaku,
tapi kali ini tebakanku salah. Dia tidak masukkan
penisnya ke vaginaku, tapi langsung ke anusku. "Ah...
aduh..." anusku sakit soalnya sama sekali tidak ada
persiapan. Tapi rupanya Lex tidak peduli, dia tetap
maksakan penisnya masuk dan memang akhirnya
masuk juga. Walaupun penisnya kecil tapi kalau
dipakai nyodok anus sih ya sakit juga. Benar dugaan
aku, dia kalau nyodok keras sekali terus tidak pakai
pemanasan-pemanasan dulu, langsung kecepatan
tinggi. Aku cuma bisa pasrah sambil menahan perih di
anusku. Dadaku goyang-goyang tiap kali dia
menyodok anusku, dan sepertinya itu membuat dia
makin nafsu. Dia tambah kecepatan dan mulai
meremas dadaku.
Benar-benar kontras, dia mengocok anusku cepat dan
keras, tapi dia meremas dadaku halus sekali dan
sesekali melintir-melintir putingnya. Mendadak rasa
sakit di anusku hilang, aku mulai merasakan
nikmatnya permainan tangannya di dadaku. Belum
habis aku nikmati dadaku diremas-remas, tangan
kirinya turun ke vaginaku dan langsung menyambar
klitorisku, mulai dari digosok-gosok sampai dipelintir-
pelintir. Rasa sakit kocokannya sudah benar-benar
hilang, sekarang aku cuma merasakan nikmatnya
seluruh tubuhku.
Aku mulai merem-melek kegilaan dan akhirnya aku
sampai ke puncak yang kedua kalinya hari itu, dan
bersamaan puncak kenikmatanku, aku merasakan
cairan hangat muncrat di anusku, aku tahu Lex juga
sudah sampai puncak dan aku sudah lemas sekali,
akhirnya aku ambruk. Mungkin aku kecapaian soalnya
tiga hari ini aku terus-terusan mengocok, tidak sama
satu orang lagi, selalu berdua. Aku masih sempat lihat
Jeff menggendong aku sebelum akhirnya aku pingsan.
Aku tidak tahu aku dimana, tapi waktu aku bangun,
aku kaget melihat Ricky lagi mengocok cewek. Cewek
itu sendiri sibuk mengulum-ngulum penisnya Alf. Aku
paksakan berdiri, dan waktu aku lihat di sofa sebelah,
ada pemandangan yang hampir sama, bedanya Jeff
yang lagi sibuk mengocok cewek dan aku lihat-lihat
ternyata cewek itu Vivie. Vivie juga sibuk mengulum-
ngulum penis Lex. Aku jadi bingung, tapi aku tetap
diam sampai mereka selesai main.
Terus aku dikenali sama cewek mungil yang tadi nge-
sex bareng Ricky dan Alf, namanya Angel. Aku baru
ingat kalau tadi aku pingsan di air terjun habis
muasin Jeff sama Lex. Ternyata Jeff bingung mau
bawa aku ke mana, kebenaran Ricky dan Alf lewat.
Mereka sempat ribut sebentar, tapi akhirnya akur lagi,
dengan catatan mereka bisa menyicipi Angel
ceweknya Jeff sama Lex. Angel sendiri setuju saja
sama ajakan Ricky sama Alf, dan waktu mereka lagi
mengocok, Vivie kebetulan lewat. Alf memanggil dia
dan dikenali sama Jeff dan Lex, terus mereka
akhirnya nge-sex juga. Makin asik juga, sekarang
tambah lagi satu cewek dan dua cowok di kelompok
kami, dan seterusnya kami jadi sering main ke villa itu
untuk muasin nafsu kami masing-masing. Dan kami
kasih nama kelompok kami "MAGNIFICENT SEVEN"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar